Kampung Sindurejan Kembangkan Dolanan Tradisional Anak

Patangpuluhan (15/07/2023) - Salah satu khasanah budaya lokal Jawa, dolanan tradisional anak, dewasa ini kondisinya mengkhawatirkan. Banyak anak-anak, remaja dan generasi muda yang tidak mengenal apalagi bisa memainkannya. Mereka lebih banyak berkutat di depan televisi dan gawai di luar jam sekolah. Interaksi anak dengan lingkungan juga berkurang. Di sisi yang lain orang tua dan tokoh masyarakat di wilayah belum tentu memahami dan menguasai dolanan anak, apalagi bisa mengenalkannya pada generasi penerus. Diperlukan berbagai upaya agar dolanan anak warisan leluhur itu dikenal dan dipraktikkan sehingga terus lestari dan berkembang.

 

Melihat kondisi tersebut, pengurus Kampung Sindurejan, Kelurahan Patangpuluhan, mengusulkan satu kegiatan pelestarian dolanan tradisional anak. Pada tahun 2023 ini kegiatan yang diinginkan warga itu dapat difasilitasi Pemerintah Kelurahan Patangpuluhan dalam bentuk “Workshop Dolanan Tradisional Anak Kampung Sindurejan.” Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 15 Juli 2023 jam 09.00-11.30 bertempat di RTH Grojogan Tanjung Winongo.

Narasumber workshop, Tri Yuliyanti Setyasari, S.Sn, Ketua Taman Kesenian Taman Siswa Yogyakarta. Bahwa sudah sejak tahun 1922 Ki Hajar Dewantara melalui Taman Siswa memperhatikan pengembangan dolanan anak sebagai wahana pendidikan karakter. Dolanan anak untuk membina budi pekerti anak dimaksudkan untuk membangkitkan rasa gembira dan kemerdekaan jiwa anak. Dolanan anak memang harus menggembirakan dan membahagiakan. Lain halnya dengan game di piranti gawai yang acap lebih mementingkan egoisme, individualisme, dan menghabisi lawan, dolanan anak mengutamakan kebersamaan dan saling menghargai.

Dolanan anak bermanfaat  untuk :  1) mendidik perasaan diri dan sosial, 2) melatih kedisiplinan, 3) melatih keterbukaan, 4) bersikap awas dan waspada, 5) membentuk rasa gotong royong, dan 6) melatih kejujuran. Adapun macam-macam permainan dapat dikelompokkan menjadi : 1) permainan dengan meniru perbuatan orang dewasa seperti pasaran dan mantenan, 2) permainan untuk mencoba kekuatan dan ketrampilan jasmani seperti lompat tali, kasti, gobag sodor, jethungan dan boi-boinan, 3) melatih panca indra dan kecakapan meraba seperti benthik, dakon, gatheng, bekelan, petak umpet dan main kelereng, 4) permainan dengan latihan bahasa dengan tebak teka-teki, 5) permainan dengan  menggabungkan tembang dan gerak tari seperti ancak-ancak alis, jamuran, lepetan, dan kacang-kacang goreng.

Bukan hanya penyampaian materi, yang lebih banyak dilakukan pada workshop ini pada praktek / simulasi. Dengan peragaan bermacam dolanan,  anak-anak dan pendamping diajak bermain jejamuran, lepetan, kacang-kacang goreng, sepur-sepuran, gobak sodor dan cublak-cublak suweng. Tampak anak-anak bermain dengan gembira dan bahagia tanpa beban. Ternyata sebagian anak sudah mengenal beberapa permainan sehingga dapat memainkan dengan baik.
 



Lurah Patangpuluhan, Achmad Asranur Arifin, mengatakan upaya pengembangan dolanan tradisional anak tidak berhenti sampai di sini. Bukan hanya di kampung Sindurejan, tetapi juga dikembangkan di kampung Patangpuluhan dan Kelurahan Patangpuluhan pada umumnya. Kampung Sindurejan sendiri sebagai Kampung Ramah Anak diharapkan menyediakan wahana perkembangan dan aktualisasi anak, seperti di ruang terbuka Grojogan Tanjung Winongo dan Ndalem Purbodirjan. Sementara Kelurahan Patangpuluhan sebagai Rintisan Kelurahan Budaya (RKB) diharapkan terus menggali, melestarikan dan mengembangkan berbagai aspek budaya, termasuk permainan tradisional. Pengembangan seni budaya di wilayah harus terus berjalan, dengan dukungan pemerintah maupun dengan swakarsa dan swadaya masyarakat. Dalam waktu dekat pada bulan Juli 2023 ini Kelurahan Patangpuluhan akan melaksanakan Pelatihan Pembawa Acara Bahasa Jawa dan fasilitasi Latihan Tari Klasik Kampung Sindurejan.  (AA. Arifin)