Mendorong Pengembangan Pertanian Perkotaan (Urban Farming) di Kelurahan Patangpuluhan
(Patangpuluhan,23/08/2023) Salah satu karakteristik wilayah perkotaan adalah lahan yang sempit/terbatas untuk mengembangkan pertanian. Tetapi hal itu seharusnya tidak menjadi halangan bagi warga yang berminat. Nyatanya di berbagai wilayah banyak warga yang menjalankan pertanian perkotaan (urban farming) dengan bertanam di pekarangan, pot, Lorong-lorong maupun kebun bersama. Di wilayah Kelurahan Patangpuluhan tercatat ada enam kelompok tani/kelompok wanita tani yang bergerak menjadi sarana bersosialisasi, menyalurkan hobby, belajar bercocok tanam dan bahkan ada yang berorientasi bisnis.
Dhian Novitasari, S.Pd, anggota DPRD Kota Yogyakarta dari Dapil 2, memberikan sambutannya pada Pelatihan Pertanian Perkotaan RW 01 dan RW 08 Kelurahan Patangpuluhan. Pelatihan dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Agustus 2023 jam 09.00-12.30 di Aula Windu Asri Kantor Kelurahan, dan diikuti 40 peserta dari RW 01 dan RW 08. Beliau memberikan dorongan pada warga bahwa di tengah berbagai keterbatasan mereka masih dapat berdaya upaya mengembangkan potensi pertanian perkotaan, dengan dukungan berbagai pihak terkait. Limbah dan sampah organik di wilayah dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertanian perkotaan dengan membuatnya jadi pupuk kompos dan media tanam. Pertanian perkotaan pun dituntut untuk dapat bersinergi dengan pengolahan sampah organic mandiri melalui Gerakan Mbah Dirjo.
Pembicara pertama, Dr. Ir. Yacobus Sunaryo, M.Sc, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Bahwa lahan perkotaan sempit, bahkan ada warga yang tidak memiliki tanah selain untuk bangunan rumah, pencahayaan tidak merata, dan sumberdaya air relatif terbatas. Cara yang dapat ditempuh untuk tetap bisa bertanam dengan bertanam langsung di tanah yang ada, di dalam pot, dengan vertikultur, hidroponik, wallplanting, dll. Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak bertanam.
Langkah budidaya dimulai dari penyemaian/penanaman, pembibitan, pemeliharan dan panen, pasca panen. Setiap langkah memerlukan ketelitian dan kesabaran dengan dibekali pengetahuan yang memadai. Kegiatan pertanian perkotaan dapat dikombinasi dengan budidaya maggot, budidaya cacing, beternak lele dan ayam kampung, bertanam sayuran organic, pembuatan POC dan media tanam.
Pembicara berikutnya, Nanang Kusuma Mawardi, SP, MSc, Dosen Fakultas Pertanian UST Yogyakarta memaparkan materi Aspek Bisnis dan Pemasaran Produk Pangan. Menurutnya urban farming ditandai dengan lahan terbatas. Tetapi urban farming berperan membantu ketahanan pangan lokal, mengurangi limbah organik dengan pemanfaatannya menjadi pupuk dan media tanam, serta dapat meningkatkan pendapatan. Produk pertanian memiliki karakteristik antara lain proses budidaya memakan waktu, produk bersifat segar tetapi mudah busuk, memakan tempat, kualitasnya beragam, mudah terkena hama dan penyakit, bersifat lokal dan kondisional serta memiliki kegunaan yang beragam. Karakteristik itu mengandung kelebihan dan kelemahan, yang semestinya kelebihannya dioptimalkan menjadi keunggulan.
Adapun pemasaran produk pangan dapat dilakukan secara offline misalnya dengan penjualan langsung, bermitra dengan hotel, restoran dan kafe (horeca), dengan tatap muka, maupun media massa konvensional. Sementara pemasaran secara online, yang lebih maju, dengan berbasis digital terbantu oleh internet, marketplace, search engine optimizarion (SEO), dan website dengan daya jangkau yang lebih luas. Yang mana pun cara pemasaran yang dipilih, diusahakan produsen melakukan analisis pasar dan memelihara konsistensi branding.
Praktisi pertanian perkotaan, Ir. Widiantomo, Ketua Gapoktan Kelurahan Patangpuluhan, mengakhiri sesi pelatihan. Pak Dian adalah koordinator Kelompok Tani Winongo Asri RW 07, yang kegiatan usahanya sudah ada orientasi bisnisnya untuk keberlanjutan operasional kelompok. Perawatan tanaman menjadi inti dari kegiatan bercocok tanam. Dulu ada Panca Usaha Tani yaitu irigasi, pengolahan tanah, pemilihan bibit unggul, pemupukan dan pemberantasan hama. Inilah pedoman utama bagi petani dalam menjalankan aktivitas bercocok tanam, yang perlu dikenali dan dipraktekkan. Petani dituntut untuk terus belajar dan tidak cepat berpuas diri. Saat ini sumber belajar sangat melimpah, baik Pustaka, internet, maupun pengalaman diri dan orang lain.
Diharapkan dengan kegiatan pelatihan ini, warga Kelurahan Patangpuluhan terutama di RW 01 dan RW 08, dapat termotivasi untuk berprestasi dalam menjalankan urban farming. Di RW 08 sudah ada Kelompok Tani Ndalem Asri agar bisa dioptimalkan kegiatannya. Sedangkan di RW 01 belum ada kelompok tani. Tidak harus membentuk kelompok tani atau kelompok wanita tani, namun adanya kelompok tani dapat menjadi wahana berkumpul, berinteraksi dan berbagi pengetahuan dan pengalaman bercocok tanam di perkotaan. Kegiatannya tidak hanya produksi tanaman pangan, tetapi dapat dikombinasi dengan hortikultura, perikanan dan peternakan sesuai kondisi wilayah.